Wahai Abdul Qadir, Bukankah Allah Maha Qadir?
Syahdan, setelah selesai dari suatu pengajian, Imam Abdul Qadir al-Jilani keluar dari madrasah bersama murid-muridnya. Seketika, mereka berpapasan dengan seorang laki-laki yang terbaring di tanah. Sebuah kendi arak tergeletak tak jauh dari situ. Dari gelagatnya, pria itu terlihat baru saja siuman dari mabuknya.
Sejenak, Sang Imam berhenti, lalu mendekati pria tersebut. Melihat sang ulama datang, pria itu berkata dengan gemetar:
“Wahai Abdul Qadir, bukankah Allah Maha Berkuasa? (𝑌𝑎̂ 𝐴𝑏𝑑𝑎𝑙 𝑄𝑎̂𝑑𝑖𝑟, 𝑎𝑙𝑎𝑖𝑠𝑎𝑙𝑙𝑎̂ℎ𝑢 𝑏𝑖 𝑄𝑎̂𝑑𝑖𝑟?)”.
“Iya, Dia Maha Berkuasa (𝐵𝑎𝑙𝑎̂, 𝑄𝑎̂𝑑𝑖𝑟)”. Jawab sang Imam.
“Wahai Abdul Qadir, bukankah Allah Maha Berkuasa? (𝑌𝑎̂ 𝐴𝑏𝑑𝑎𝑙 𝑄𝑎̂𝑑𝑖𝑟, 𝑎𝑙𝑎𝑖𝑠𝑎𝑙𝑙𝑎̂ℎ𝑢 𝑏𝑖 𝑄𝑎̂𝑑𝑖𝑟?)”. Pria itu kembali mengulangi pertanyaannya.
“Iya, Dia Maha Berkuasa (𝐵𝑎𝑙𝑎̂, 𝑄𝑎̂𝑑𝑖𝑟)”. Jawab sang Imam kembali.
“Wahai Abdul Qadir, bukankah Allah Maha Berkuasa? (𝑌𝑎̂ 𝐴𝑏𝑑𝑎𝑙 𝑄𝑎̂𝑑𝑖𝑟, 𝑎𝑙𝑎𝑖𝑠𝑎𝑙𝑙𝑎̂ℎ𝑢 𝑏𝑖 𝑄𝑎̂𝑑𝑖𝑟?)”. Pria itu kembali mengulangi pertanyaannya untuk ketiga kali.
“Iya, Dia Maha Berkuasa (𝐵𝑎𝑙𝑎̂, 𝑄𝑎̂𝑑𝑖𝑟)”. Jawab Sang Imam.
Setelah itu, Imam Abdul Qadir tertunduk, lalu tersungkur ke tanah sambil menangis.
Para murid dan pengikut beliau keheranan. Setelah berlalu, mereka pun bertanya:
"Wahai Imam, mengapa Tuan tersungkur dan menangis?".
Sang Imam menjawab:
“Ketika ia bertanya pertama kali “Wahai Abdul Qadir, bukankah Allah Maha Berkuasa?”, aku seakan mendengar batinnya bertanya: “Wahai Abdul Qadir, bukankah Allah Maha Berkuasa menjadikan aku hambanya yang bertaubat?”. Maka menjawab “Iya”.
Lalu ketika ia bertanya kali kedua, aku seakan mendengar batinnya bertanya: “Wahai Abdul Qadir, bukankah Allah Maha Berkuasa menjadikan aku orang yang saleh sepertimu?”. Maka kembali menjawab “Iya”.
Dan ketika ketiga kali ia melontarkan pertanyaan yang sama, aku seakan mendengar batinnya bertanya: “Wahai Abdul Qadir, bukankah Allah Maha Berkuasa menjadikan engkau seorang ahli maksiat seperti aku?”. “Maka aku pun menjawab “Iya”, dan seketika itu aku pun merasa takut kepada Allah, sebab amat mudah bagi Allah membolak-balikkan hati dan keadaan manusia”.
***
Credit image:
𝐿𝑒𝑎𝑣𝑖𝑛𝑔 𝑇ℎ𝑒 𝑀𝑜𝑠𝑞𝑢𝑒, by: Jean-Léon Gérôme (1824-1904)
Bagaimana Komentarmu?