Perbedaan Motivasi Merantau... Dan Hidup Yang Dirantaukan
Melakukan perjalanan adalah bagian dari azab, begitu kata Nabi Saw dalam hadits. Barangkali, ini pula alasan mengapa doa musafir itu mustajab, karena ia sedang menempuh sebuah siksa!
Apatah lagi meninggalkan kampung halaman! Meninggalkan sanak keluarga dan orang-orang yang dicintai. Meninggalkan ayah, ibu, adik kakak saudara mara... Jauh pergi meninggalkan mereka menimbulkan suatu rasa pedih, sekali kehilangan momen untuk berbakti.
Orang Arab mengenal sebuah istilah 'alhanin ilal wathan' [الحنين إلى الوطن], kerinduan akan kampung halaman. sebagaimana rindunya Rasul akan kota Mekkah!
Merantau! Kadang menjadi sebuah pilihan hidup. Bumi Allah yang luas ini mesti dijejak agar hidup menjadi lapang. Ketika hidup di negeri sendiri terasa sempit, carilah kehidupan yang luas di luar sana. Seperti bidal di kampung: di mana tangis terhenti, di situ buaian digantung!
Tapi kadang terpikir pula, saya ini sebenarnya tidak merantau, tapi dirantaukan! Tiga atau empat tahun sekali, badan ini harus pindah ke tempat yang baru. Entah sampai kapan ini akan berakhir!
Jelas ini bukan merantau, tapi menjalani nasib saja.
Memang kelapa berhimpit tandan
Rumah mak uda di tepi karang
Memang sudah nasibnya badan
Muda ke tua di rantau orang
Sudah direnungi bait-bait Imam Syafi'i yang menasihati diri untuk meninggalkan kampung halaman, mengalir bagai air yang menelusuri anak-anak sungai menuju samudera, atau seperti singa yang meninggalkan sarang bermaharajalela agar ditakuti penghuni rimba.. sudah direnungkan dan diamalkan tentang nazam-nazam beliau tentang perlunya mencari suasana baru, sahabat baru, keluarga baru... tapi tetap saja tak sesuai dengan 'hidup yang dirantaukan' ini.
Alih cerita sedikit..
Sedikit tentang merantau, buku yang satu ini jadi sangat menarik untuk ditelaah. Budayawan dan Sejarawan Mochtar Naim, dalam bukunya berjudul "Merantau, Pola Migrasi Suku Minangkabau", [Penerbit Rajawali Press] menjelaskan tentang perbedaan pola dan motivasi merantau dari beberapa etnis suku yang ada di Indonesia, semisal Minangkabau, Melayu dan Jawa.
Pada halaman 303 dalam bab "sebab-sebab merantau', Mochtar menjelaskan tentang adanya perbedaan yang kentara dalam motivasi meninggalkan kampung halaman pada etnis-etnis masyarakat tersebut.
Berikut petikannya:
Apatah lagi meninggalkan kampung halaman! Meninggalkan sanak keluarga dan orang-orang yang dicintai. Meninggalkan ayah, ibu, adik kakak saudara mara... Jauh pergi meninggalkan mereka menimbulkan suatu rasa pedih, sekali kehilangan momen untuk berbakti.
Orang Arab mengenal sebuah istilah 'alhanin ilal wathan' [الحنين إلى الوطن], kerinduan akan kampung halaman. sebagaimana rindunya Rasul akan kota Mekkah!
Merantau! Kadang menjadi sebuah pilihan hidup. Bumi Allah yang luas ini mesti dijejak agar hidup menjadi lapang. Ketika hidup di negeri sendiri terasa sempit, carilah kehidupan yang luas di luar sana. Seperti bidal di kampung: di mana tangis terhenti, di situ buaian digantung!
Tapi kadang terpikir pula, saya ini sebenarnya tidak merantau, tapi dirantaukan! Tiga atau empat tahun sekali, badan ini harus pindah ke tempat yang baru. Entah sampai kapan ini akan berakhir!
Jelas ini bukan merantau, tapi menjalani nasib saja.
Memang kelapa berhimpit tandan
Rumah mak uda di tepi karang
Memang sudah nasibnya badan
Muda ke tua di rantau orang
Sudah direnungi bait-bait Imam Syafi'i yang menasihati diri untuk meninggalkan kampung halaman, mengalir bagai air yang menelusuri anak-anak sungai menuju samudera, atau seperti singa yang meninggalkan sarang bermaharajalela agar ditakuti penghuni rimba.. sudah direnungkan dan diamalkan tentang nazam-nazam beliau tentang perlunya mencari suasana baru, sahabat baru, keluarga baru... tapi tetap saja tak sesuai dengan 'hidup yang dirantaukan' ini.
Alih cerita sedikit..
Sedikit tentang merantau, buku yang satu ini jadi sangat menarik untuk ditelaah. Budayawan dan Sejarawan Mochtar Naim, dalam bukunya berjudul "Merantau, Pola Migrasi Suku Minangkabau", [Penerbit Rajawali Press] menjelaskan tentang perbedaan pola dan motivasi merantau dari beberapa etnis suku yang ada di Indonesia, semisal Minangkabau, Melayu dan Jawa.
Pada halaman 303 dalam bab "sebab-sebab merantau', Mochtar menjelaskan tentang adanya perbedaan yang kentara dalam motivasi meninggalkan kampung halaman pada etnis-etnis masyarakat tersebut.
Berikut petikannya:
Selamat Pagi Mas, saya mau bertanya, buku edisi ketiga tersebut terbit pada tahun berapa ya ? saya lagi kesulitan mencari buku tersebut. terimakasih sebelumnya.
ReplyDeletekalau buku yang ini cetakan 2013
Delete