Jangan Paksa Mereka Berenang di Samudera!
Budayawan Mesir, Anis Manshour menulis sepenggal pengalaman pribadi dalam bukunya yang berjudul 'Qul Li Ya Ustadz' (Katakan padaku, Bung), sebuah pengalaman yang amat berharga antara beliau dengan Hasan al-Banna.
Anis menceritakan tentang momen yang membawa perubahan penting bagi dirinya. Ia yang dulunya seorang pemuda yang gandrung menulis gaya bahasa tinggi, sampai-sampai penulis sekelas Abbas al-'Aqqad pun pernah menyampaikan kekagumannya akan gaya tulisan tersebut.
Namun, pertemuannya dengan Hasan al-Banna hari itu mengubah pemikirannya. Dalam halaman 9, Anis menulis:
Kisah [pengalaman] lain:
Suatu ketika aku membawakan penampilan puisi kasidah yang aku karang sendiri dalam sebuah perayaan Maulid Nabi. Dan di antara para hadirin yang mendengar saat itu adalah Syaikh Hasan al-Banna, pengasuh utama Ikhwanul Muslimin.
Setelah aku selesai membacakan puisi kasidah tersebut, Syaikh Hasan al-Banna menghampiriku seraya bertanya dengan penuh kebapakan:
"Anakku, engkau belajar di mana?".
"Tuan, aku ini mahasiswa jurusan Filsafat". jawabku ringkas.
"Oh, patutlah... Tapi kamu jangan lupa Nak...Para pendengarmu ini adalah orang-orang yang bersahaja! Mereka adalah orang-orang yang terbiasa berenang di selokan dan kanal kecil... Jadi, jangan paksa mereka berenang mengarungi samudera!".
Sejak hari itu -kata Anis Manshour- ia pun tiak lagi pernah menulis dengan bahasa-bahasa yang tinggi! Ia mencintai bahasa-bahasa sederhana yang dapat dimengerti semua orang.
Anis menceritakan tentang momen yang membawa perubahan penting bagi dirinya. Ia yang dulunya seorang pemuda yang gandrung menulis gaya bahasa tinggi, sampai-sampai penulis sekelas Abbas al-'Aqqad pun pernah menyampaikan kekagumannya akan gaya tulisan tersebut.
Namun, pertemuannya dengan Hasan al-Banna hari itu mengubah pemikirannya. Dalam halaman 9, Anis menulis:
Kisah [pengalaman] lain:
Suatu ketika aku membawakan penampilan puisi kasidah yang aku karang sendiri dalam sebuah perayaan Maulid Nabi. Dan di antara para hadirin yang mendengar saat itu adalah Syaikh Hasan al-Banna, pengasuh utama Ikhwanul Muslimin.
Setelah aku selesai membacakan puisi kasidah tersebut, Syaikh Hasan al-Banna menghampiriku seraya bertanya dengan penuh kebapakan:
"Anakku, engkau belajar di mana?".
"Tuan, aku ini mahasiswa jurusan Filsafat". jawabku ringkas.
"Oh, patutlah... Tapi kamu jangan lupa Nak...Para pendengarmu ini adalah orang-orang yang bersahaja! Mereka adalah orang-orang yang terbiasa berenang di selokan dan kanal kecil... Jadi, jangan paksa mereka berenang mengarungi samudera!".
Sejak hari itu -kata Anis Manshour- ia pun tiak lagi pernah menulis dengan bahasa-bahasa yang tinggi! Ia mencintai bahasa-bahasa sederhana yang dapat dimengerti semua orang.
Bagaimana Komentarmu?