Yang Ditakutkan Oleh Sang Sultan...
Sultan Abdul Hamid II, Khalifah terakhir di dinasti Khilafah Utsmaniyah, di masanya Khilafah Ottoman yang gagah perkasa dibubarkan. Beliau digulingkan pada tahun 1909 oleh kelompok yang dikenal sebagai Turki Muda, kaum sekuler liberal berpendidikan Barat yang dengan tegas tidak setuju dengan arah Islam yang diterapkan oleh Abdulhamid dari 1876-1909.
Beliau difitnah sebagai sosok yang otoriter, kejam, tidak berperikemanusiaan, anti kemajuan. Melalui konspirasi, beliau ditumbangkan.
Sebelum menutup mata, beliau sempat menulis catatan memoar yang mengungkap sejarah kehidupan beliau yang sebenarnya. Bagaimana beliau menghadapi semua tantangan itu dengan jiwa besar.
Dr. Muhammad Harb, yang menerjemahkan memoar tersebut ke dalam bahasa Arab mengatakan bahwa memoar tersebut mengandung nilai yang sangat penting.
Salah satu petikan berharga yang ingin saya kutip dalam laman ini adalah kata-kata Sultan Abdul Hamid yang menyatakan:
Maknanya kira-kira:
Beliau difitnah sebagai sosok yang otoriter, kejam, tidak berperikemanusiaan, anti kemajuan. Melalui konspirasi, beliau ditumbangkan.
Sebelum menutup mata, beliau sempat menulis catatan memoar yang mengungkap sejarah kehidupan beliau yang sebenarnya. Bagaimana beliau menghadapi semua tantangan itu dengan jiwa besar.
Dr. Muhammad Harb, yang menerjemahkan memoar tersebut ke dalam bahasa Arab mengatakan bahwa memoar tersebut mengandung nilai yang sangat penting.
Salah satu petikan berharga yang ingin saya kutip dalam laman ini adalah kata-kata Sultan Abdul Hamid yang menyatakan:
Maknanya kira-kira:
Sekalipun, aku tidak takut pada seseorang yang terpelajar! Namun, yang aku khawatirkan adalah mereka orang-orang bodoh yang menganggap diri mereka ulama/ilmuwan setelah membaca beberapa buku! Mereka ini adalah orang-orang yang terlena dengan Barat, yang tampak dari perilaku dan pakaian mereka yang meniru Eropa. Mereka selama ini tidak aku perhatikan!Dikutip dari: Memoar Sultan Abdul Hamid II (Mudzakkirat al-Sulthan Abd al-Hamid, terbitan Darul Qalam, Damaskus. Diterjemahkan dari Bahasa Turki ke Arab oleh Dr. Muhammad Harb)
Aku tidak menyesali itu. Tapi, Bagaimana mungkin mereka menuduhku seperti ini? Bagaimana mungkin seorang Sultan yang telah mempersembahkan seluruh daya upayanya selama hampir 30 tahun agar setiap desa di negeri ini ada Masjidnya, dan di samping setiap masjid ada sekolahnya, bagaimana mungkin mereka menuduhnya sebagai seorang yang antipati terhadap ilmu pengetahuan dan akal pikiran?
Bagaimana Komentarmu?