Berbahagialah Engkau, Wahai si Gila Yang 'Melihat' Tuhannya...
Malik bin Dinar bercerita:
Suatu hari, aku berjalan melewati lorong kota Bashrah, tiba-tiba aku melihat segerombolan anak-anak tengah melempari seorang pria dengan batu.
Aku pun bertanya kepada anak-anak tersebut:
"Apa yang kalian lakukan ini?".
Anak-anak itu menjawab:
"Itu orang gila yang mengaku selalu melihat Tuhan sepanjang waktu"
Aku pun segera menjauhkan anak-anak itu dari orang tersebut, lalu aku mendekati orang tersebut, ternyata ia adalah seorang pemuda yang amat tampan, ia menyandarkan punggungnya ke sebuah tembok.
Aku pun bertanya kepadanya:
"Benarkah yang dikatakan anak-anak itu tentangmu?".
"Memangnya apa yang mereka katakan". Jawab pemuda tersebut balik bertanya.
Aku berkata:
"Mereka bilang, engkau mengaku selalu melihat Allah sepanjang waktu...".
Pemuda itu pun menangis mendengar ucapanku, lalu ia berkata:
"Demi Allah, aku tidak pernah kehilangan Dia sejak aku mengenal-Nya... dan jika aku kehilangan Dia, tentu aku tidak akan mentaati-Nya".
Kemudian pemuda itu menyenandungkan sebuah syair:
[Dari kitab 'Uqalâ' al-Majanin, karangan Abu al-Qasim al-Hasan bin Muhammad bin al-Habib, halaman: 322]
Suatu hari, aku berjalan melewati lorong kota Bashrah, tiba-tiba aku melihat segerombolan anak-anak tengah melempari seorang pria dengan batu.
Aku pun bertanya kepada anak-anak tersebut:
"Apa yang kalian lakukan ini?".
Anak-anak itu menjawab:
"Itu orang gila yang mengaku selalu melihat Tuhan sepanjang waktu"
Aku pun segera menjauhkan anak-anak itu dari orang tersebut, lalu aku mendekati orang tersebut, ternyata ia adalah seorang pemuda yang amat tampan, ia menyandarkan punggungnya ke sebuah tembok.
Aku pun bertanya kepadanya:
"Benarkah yang dikatakan anak-anak itu tentangmu?".
"Memangnya apa yang mereka katakan". Jawab pemuda tersebut balik bertanya.
Aku berkata:
"Mereka bilang, engkau mengaku selalu melihat Allah sepanjang waktu...".
Pemuda itu pun menangis mendengar ucapanku, lalu ia berkata:
"Demi Allah, aku tidak pernah kehilangan Dia sejak aku mengenal-Nya... dan jika aku kehilangan Dia, tentu aku tidak akan mentaati-Nya".
Kemudian pemuda itu menyenandungkan sebuah syair:
Sungguh nestapa jauh dari-Mu bila selama ini aku senantiasa dekat
Sungguh tak kuasa berpisah dengan-Mu jika sudah dimabuk cinta pada-Mu
Jika mata ini tak kuasa melihat-Mu, tapi hati ini senantiasa memandang-Mu
[Dari kitab 'Uqalâ' al-Majanin, karangan Abu al-Qasim al-Hasan bin Muhammad bin al-Habib, halaman: 322]
Bagaimana Komentarmu?